REVIEW
JURNAL
ANGGREINY A ONIBALA
13021106053
JURNAL SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS
Penyusunan
Basis Data untuk Identifikasi Daerah Rawan
Banjir
Dikaitkan dengan Infrastruktur Data Spasial
ABSTRAK
Identifikasi
daerah rawan banjir merupakan bagian dari mitigasi bencana yang dilaksanakan
untuk mengurangi kerugian atau dampak akibat banjir. Keberadaan daerah rawan
banjir dapat diidentifikasi dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi
Geografis (SIG) sehingga dalam pelaksanaannya membutuhkan data dasar spasial.
Data dasar spasial yang diperlukan tersebut dapat didefinisikan dengan
penyusunan model basis data. Namun permasalahan yang terjadi adalah tidak
tersedianya informasi keberadaan data dasar tersebut sehingga menyulitkan
pengguna dalam mengumpulkan dan menggunakan data. Untuk mengatasi kesulitan
tersebut maka perlu didukung suatu Infrastrukur Data Spasial (IDS). Salah satu
implementasi IDS adalah mengkaji keberadaan data dasar. Hal ini dikaji untuk mengetahui
apakah data dasar yang diperlukan ini tersedia dan dapat digunakan untuk
identifikasi daerah rawan banjir.
Kata kunci: basis data, daerah rawan
banjir, Infrastruktur Data Spasial
Latar Belakang
Kejadian banjir
merupakan suatu masalah bagi masyarakat karena menimbulkan kerugian jiwa dan
harta benda, seperti munculnya wabah penyakit/gangguan kesehatan, kerusakan
bangunan dan tempat tinggal, kerusakan sarana prasarana infrastruktur, dan
lain-lain. Hingga saat ini kejadian banjir pun masih sulit dideteksi
kemunculannya dan sulit dihindari atau dicegah kejadiannya. Oleh karena itu,
untuk mengurangi kerugian-kerugian akibat banjir diperlukan suatu sistem
penanggulangan banjir yang yang dapat melibatkan berbagai komponen sistem.
Salah satu komponen sistem yang dapat digunakan adalah Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG dapat dimanfaatkan pada
setiap tahapan penanggulangan bencana banjir.
Sebagai
sistem informasi yang berbasis spasial, tentu saja SIG akan efektif apabila
dalam pemanfaatannya dibangun sistem basis data yang baik yang dapat menunjang
setiap SIG. Basis data yang dibangun antara SIG satu dengan SIG yang lain akan
berbeda. Suatu basis data akan dapat menunjang SIG apabila kumpulan data dalam
basis data tersebut lengkap dan seragam. Jika tidak lengkap dan tidak seragam
maka sistem pengambilan keputusan yang dihasilkan bisa jadi kurang akurat.
Sehubungan
dengan efektivitas SIG seperti yang dijelaskan di atas maka sangat diperlukan
terciptanya suatu sistem yang dapat menjamin keberadaan data spasial yang
diperlukan oleh setiap SIG termasuk cara perolehannya, yang mana secara
realitas berbagai data spasial ini tersebar di berbagai sumber. Jenis sistem
yang diinginkan saat ini dikenal dengan Infrastruktur Data Spasial (IDS).
Secara umum, IDS adalah sistem yang disepakati bersama oleh para pengguna
(stakeholder) data spasial dalam hal pengaturan data acquisition dan data
sharing. Secara implementatif IDS merupakan suatu konsep yang memudahkan para
pengguna data spasial dalam pengadaan, pengambilan, penggunaan data, dan pertukaran
data atau berbagi pakai data spasial.
1. TOPIK
PENELITIAN
Topik Peneleitian yang dipilih oleh penulis jurnal ini
adalah Sistem Informasi Geografis dengan infrastruktur Data Spasial
2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dan
menyusun basis data SIG terkait dengan model identifikasi daerah rawan banjir
ditinjau dari keberadaan dan ketersediaan data spasial yang diperlukan. Dalam
penelitian ini, penanggulangan banjir yang akan dibahas adalah identifikasi
daerah rawan banjir Provinsi Jawa Barat. Data spasial yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data spasial yang didefinisikan dari model
identifikasi daerah rawan banjir yang dibuat oleh [1]. Dikaitkan dengan
kebutuhan akan IDS dalam proses SIG, maka dikaji keberadaan dan ketersediaan
data spasial yang diperlukan pada sejumlah instansi (custodian) yang ada di
Provinsi Jawa Barat.
3. DATA SPASIAL & DATA ATRIBUT
YANG DIGUNAKAN DALAM JURNAL INI
·
Peta
Tutupan Lahan
Peta
tutupan lahan digunakan untuk menentukan daya serap air. Data jenis tutupan
lahan digunakan untuk mengetahui indeks jenis tutupan lahan sehingga dapat
menentukan berapa nilai curve number-nya. Dari nilai curve number,
dapat digunakan untuk menghitung berapa potensial penyerapan maksimum.
·
Peta
Jenis Tanah
Peta
jenis tanah digunakan untuk menentukan daya serap air. Data jenis tanah
digunakan untuk mengetahui indeks jenis tanah sehingga didapatkan berapa nilai curve
number-nya.
·
Peta
Curah Hujan
Peta
curah hujan digunakan untuk menentukan besarnya intensitas air hujan dan banyaknya
air yang jatuh ke permukaan tanah. Dari nilai curah hujan (mm/tahun) dapat
ditentukan intensitas curah hujan dalam mm/jam (I), sehingga dapat
digunakan dalam menghitung besarnya air limpasan atau debit puncak (Qp).
·
Peta
DAS
Peta
DAS digunakan untuk mengetahui berapa luas DAS (A), yang digunakan untuk
menghitung besarnya air limpasan atau debit puncak (Qp).
·
Peta
Titik Tinggi
Data
ketinggian digunakan untuk membuat Digital Elevation Model (DEM), kemudian data
DEM diturunkan menjadi kemiringan (S) dan panjang aliran (L).
Kemiringan dihitung dengan membandingkan beda tinggi satu piksel dengan piksel
sekelilingnya. Panjang aliran ditentukan dari arah aliran dan akumulasi aliran.
Arah aliran ditentukan berdasarkan nilai piksel pada setiap piksel DEM dengan
mencari nilai piksel terkecil di sekelilingnya. Air akan mengalir ke piksel dengan
nilai terkecil. Akumulasi aliran menyatakan piksel yang menjadi titik
pengeluaran dari beberapa arah aliran. Total jarak aliran dari awal hingga
titik pengeluaran DAS disebut panjang aliran [2]. Dari kemiringan dan panjang
aliran maka dapat dihitung waktu konsentrasi (Tc).
4. METODE YANG
DI REVIEW PADA JURNAL INI
Metode yang dilaksanakan dalam
penelitian dapat dilihat pada Gambar dibawah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar